Lemak Trans Tingkatkan Resiko Endometriosis
Lemak trans ternyata tidak hanya buruk bagi kesehatan jantung, tetapi juga meningkatkan risiko bagi para wanita mengalami endometriosis.
Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa, lemak trans dalam makanan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan yakni sebagai pemicu penyakit jantung koroner. Pengaruh lemak trans bahkan lebih buruk dibanding efek negatif asam lemak jenuh dan kolesterol.
Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa, lemak trans dalam makanan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan yakni sebagai pemicu penyakit jantung koroner. Pengaruh lemak trans bahkan lebih buruk dibanding efek negatif asam lemak jenuh dan kolesterol.
Lemak trans merupakan lemak tak jenuh yang terbentuk akibat proses hidrogenasi, yakni pencampuran hidrogen dalam minyak sayur. Dalam bahasa sederhana, itu artinya mengubah minyak cair menjadi lemak padat.
Hasilnya adalah produk murah dengan jangka penyimpanan lebih panjang dan sifatnya lebih buruk dari lemak jenuh. Sama seperti lemak jenuh lemak trans menaikkan kadar kolesterol jahat dan akhirnya menyumbat jantung.
Baru-baru ini, sejumlah peneliti dari Amerika Serikat menemukan bahwa para wanita yang mengonsumsi banyak lemak trans lebih berisiko mengalami endometriosis dibanding mereka yang mengonsumi tuna, salmon dan makanan lain yang kaya akan minyak esensial omega-3.
Endometriosis tidak ada obatnya dan dapat menyebabkan infertilitas. Endometriosis merupakan kondisi medis pada wanita yang ditandai dengan tumbuhnya sel endometrium di luar rahim. Rahim dilapisi oleh sel endometrium yang berpengaruh terhadap hormon wanita. Normalnya, sel endometrium rahim akan menebal selama siklus kewanitaan berlangsung agar nantinya siap untuk menerima hasil pembuahan antara sel telur dan sperma.
Bila sel telur tidak mengalami pembuahan, sel endometrium yang menebal akan meluruh dan keluar sebagai darah menstruasi. Pada endometriosis, sel endometrium yang semula berada dalam rahim akan berpindah dan tumbuh di luar rahim. Sel ini bisa saja tumbuh dan berpindah ke ovarium, saluran telur, belakang rahim, ligamentum uterus bahkan dapat sampai ke usus dan kandung kencing.
Sel endometrium itu memiliki respons yang sama seperti sel endometrium pada rahim dan berpengaruh terhadap hormon kewanitaan. Pada saat menstruasi berlangsung, sel-sel endometrium yang berpindah ini akan mengelupas dan menimbulkan perasaan nyeri di sekitar panggul.
Menurut para peneliti AS itu, jenis lemak dalam makanan dapat menjadi faktor risiko bagi endometriosis. Hasil penelitian mereka itu dimuat dalam jurnal Human Reproduction. Penelitian terhadap lebih dari 70.000 wanita Amerika menemukan bahwa para wanita yang mengonsumi banyak asam lemak omega-3, memiliki kemungkinan 22% lebih rendah mengalami endometriosis dibandingkan dengan para wanita yang mengonsumsi sedikit asam lemak tersebut.
Para wanita yang mengonsumsi banyak lemak trans memiliki risiko mengalami kondisi itu 48% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi sedikit asam lemak trans.
Dr Stacey Missmer dari Brigham and Women`s Hospital and Harvard Medical School di Boston, yang memimpin penelitian itu, mengatakan, itu merupakan penelitian pertama yang menunjukkan hubungan antara lemak trans dengan endometriosis. Para peneliti itu mengamati makanan dari 70.709 wanita selama 12 tahun di Nurses Health Study, AS. Jenis lemak yang mereka makan dikelompokkan dalam lima kategori dan para peneliti itu mengamati untuk mengetahui siapa yang kemudian mengalami endometriosis.
Selama penelitian itu berlangsung, sebanyak 1.199 mengalami endometriosis. Sebagian besar asam lemak omega-3 yang dikonsumsi oleh para wanita itu berasal dari "dressing" salad penuh lemak, disusul ikan berlemak seperti tuna, salmon dan makerel. Asam lemak Omega-3 dinilai penting untuk kesehatan, dan dapat menurunkan risiko terserang penyakit jantung. Sumber utama lemak trans dalam penelitian itu adalah makanan yang digoreng dari restoran, margarin dan kraker.
Meskipun efek negatif lemak trans jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak negatif kolesterol dan asam lemak jenuh, tapi pemyataan bebas kolesterol (nonkolesterol) dan pengaruh positif lemak tak jenuh pada brosur produk makanan lebih ditonjolkan.
(sumber : www.perempuan.com)
Endometriosis tidak ada obatnya dan dapat menyebabkan infertilitas. Endometriosis merupakan kondisi medis pada wanita yang ditandai dengan tumbuhnya sel endometrium di luar rahim. Rahim dilapisi oleh sel endometrium yang berpengaruh terhadap hormon wanita. Normalnya, sel endometrium rahim akan menebal selama siklus kewanitaan berlangsung agar nantinya siap untuk menerima hasil pembuahan antara sel telur dan sperma.
Bila sel telur tidak mengalami pembuahan, sel endometrium yang menebal akan meluruh dan keluar sebagai darah menstruasi. Pada endometriosis, sel endometrium yang semula berada dalam rahim akan berpindah dan tumbuh di luar rahim. Sel ini bisa saja tumbuh dan berpindah ke ovarium, saluran telur, belakang rahim, ligamentum uterus bahkan dapat sampai ke usus dan kandung kencing.
Sel endometrium itu memiliki respons yang sama seperti sel endometrium pada rahim dan berpengaruh terhadap hormon kewanitaan. Pada saat menstruasi berlangsung, sel-sel endometrium yang berpindah ini akan mengelupas dan menimbulkan perasaan nyeri di sekitar panggul.
Menurut para peneliti AS itu, jenis lemak dalam makanan dapat menjadi faktor risiko bagi endometriosis. Hasil penelitian mereka itu dimuat dalam jurnal Human Reproduction. Penelitian terhadap lebih dari 70.000 wanita Amerika menemukan bahwa para wanita yang mengonsumi banyak asam lemak omega-3, memiliki kemungkinan 22% lebih rendah mengalami endometriosis dibandingkan dengan para wanita yang mengonsumsi sedikit asam lemak tersebut.
Para wanita yang mengonsumsi banyak lemak trans memiliki risiko mengalami kondisi itu 48% lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi sedikit asam lemak trans.
Dr Stacey Missmer dari Brigham and Women`s Hospital and Harvard Medical School di Boston, yang memimpin penelitian itu, mengatakan, itu merupakan penelitian pertama yang menunjukkan hubungan antara lemak trans dengan endometriosis. Para peneliti itu mengamati makanan dari 70.709 wanita selama 12 tahun di Nurses Health Study, AS. Jenis lemak yang mereka makan dikelompokkan dalam lima kategori dan para peneliti itu mengamati untuk mengetahui siapa yang kemudian mengalami endometriosis.
Selama penelitian itu berlangsung, sebanyak 1.199 mengalami endometriosis. Sebagian besar asam lemak omega-3 yang dikonsumsi oleh para wanita itu berasal dari "dressing" salad penuh lemak, disusul ikan berlemak seperti tuna, salmon dan makerel. Asam lemak Omega-3 dinilai penting untuk kesehatan, dan dapat menurunkan risiko terserang penyakit jantung. Sumber utama lemak trans dalam penelitian itu adalah makanan yang digoreng dari restoran, margarin dan kraker.
Meskipun efek negatif lemak trans jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak negatif kolesterol dan asam lemak jenuh, tapi pemyataan bebas kolesterol (nonkolesterol) dan pengaruh positif lemak tak jenuh pada brosur produk makanan lebih ditonjolkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar